PertemuanPerempuan di Panggung Teater 2—6 Agustus 2005 Dewan Kesenian Jakarta Perempuan dalam Perjalanan Teater Modern Indonesia M. Yoesoef, M. Hum. [1] SEJARAH panggung pertunjukan sandiwara di Indonesia terbilang lumayan tua, setidaknya sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dalamperkembangannya, seni tari tradisional pada akhirnya mewariskan seni pertunjukan baru dan inovatif melalui dramatari prembun, hingga sendratari jenis kesenian yang lahir pada zaman modern. Pada masyarakat modern yang dinamis ini, kehadiran seni tari memerlukan hadirnya penari yang baik, guru-guru tari yang profesional, dan pemikir-pemikir

Tugaspenantaan panggung hanya menuruti apa yang dikehendaki naskah, namun juga boleh menambahkan, mengurangi atau mengubah letak perlatan asal perubahan itu menambah estetika keadaan panggung. Sebaiknya yang dipilih untuk menata panggung adalah orang-orang yang mengerti keindahan dan komposisi seni yang baik. 7. Tata Lampu

TeaterArsip. Pertunjukan dibuka dengan sorot lampu yang mengarah pada sebuah meja panjang. Meja bertaplak putih terletak di tengah panggung. Pada beberapa adegan meja panjang itu digeser dari panggung.Sepanjang enam puluh menit, penonton disuguhi 'arsip' masyarakat Madura dan relasi kekuasaan.

Salahsatu unsur penting dalam pementasan teater adalah tata cahaya atau lighting. Lighting adalah penataan peralatan pencahayaan, dalam hal ini adalah untuk untuk menerangi panggung untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa adanya cahaya, maka pementasan tidak akan terlihat. Secara umum itulah fungsi dari tata cahaya.

Teatermemiliki sekurang-kurangnya empat unsur penting dalam setiap pementasan, yaitu pertama, lakon atau cerita yang ditampilkan, bisa berwujud sebuah naskah atau skenario tertulis, skenario tak tertulis (dalam teater kerakyatan). Kedua, pemain adalah orang yang membawakan lakon tersebut. Ketiga, sutradara sebagai penata pertunjukan di panggung. . 23 402 48 204 112 211 183 330

bagaimana seharusnya penataan panggung dalam pertunjukan teater